Senin, 29 Juni 2020

Tahu Murni Salah Satu Icon Khas Harjosari Lor

Tahu murni khas Harjosari Lor


ADIWERNA – Masyarakat Tegal pasti sudah tidak asing lagi dengan tahu Aci. Kuliner yang terbuat dari tahu kuning ditambah dengan aci yang digoreng renyah ini merupakan produk unggulan dari tegal yang mana bahannya diproduksi sendiri di kabupaten ini.

Daerah yang dikenal menjadi sentra industry tahu terletak di Desa Harjosari Lor, kecamatan adiwerna, kabupaten Tegal. Pada RT 18/RW 04 terlihat beberapa industry rumahan tahu sedang giat-giatnya memproduksi tahu kuning saat disambangi pada selasa, (23/06/20) kemarin.

Salah satu pemilik usaha Tahu, Yanto menyebutkan untuk standar produksi perharinya yakni sebanyak satu kuintal kedelai untuk dijadikan tahu, bahkan bisa lebih jika pesanan sedang melonjak.

“Satu hari itu dapat 16 masa (ember besar), yang satu masa itu ada 300 biji tahu” terang Yanto.

 Ia biasa menjualtahunya pada bakul-bakul penjual gorengan yang datang mengambil sendiri ke tempatnya. 

proses pembuatan tahu cukup memakan waktu yang lama.

Pertama-tama kedelai di cuci bersih, kemudian direndam menggunakan air selama kurang lebih tiga jam supaya teksturnya cukup lunak.

Kedelai yang sudah direndam  tersebut kemudian digiling menggunakan mesin sampai menjadi bubur kedelai.

Selanjutnya bubur kedelai dimasak dengan air pada satu wajan besar dengan suhu 70-80 derajat, untuk menjaga kedelai supaya tidak mengental

Setelah dimasak, bubur kedelai tadi disaring menggunakan kain yang kemudian dipres menggunakan alat pres khusus, hingga keluar sari kedelai. Sari kedelai tersebut kemudian di beri bibit tahu atau biasa disebut aci tahu supaya menjadi adonan tahu.

Proses selanjutnya ialah pencetakan. Pencetakan tahu dilakukan secara manual menggunakan sehelai kain yang diletakan diatas cetakan kayu yang sesuai ukurannya, kemudian adonan tahu diletakkan dan diikat tutup.

Tak sampai disitu, cetakkan tahu yang tadi kembali di pres agar benar-benar tidak ada kadar air dalam tahu.

Proses terakhir ialah pewarnaan tahu dengan mengunakan warna alami yang berasal dari kunyit. Tujuannya supaya tahu dapat bertahan lebih lama.

Produksi tahu milik Yanto ini sudah berdiri sejak delapan tahun silam. Ia merintis usahanya bersama saudaranya, Agus.

Dengan lima pegawainya, ia biasa memulai produksi dari pukul delapan pagi sampai pukul empat sore.

“Tapi kalau pesanan banyak seperti lebaran, bisa sampai sehari full. misal dari jam delapan pagi sampai ketemu jam delapan pagi lagi” ujar Yanto.

ia mengaku memperoleh kedelai-kedelai import dari pengepul di dekat desanya.

Sebelum dijual, tahu yang sudah jadi kemudian dikemas dalam plastik dan dihargai Rp. 19.000 dengan berisi 50 tahu.

Ampas tahu sisa pengepresan pun masih bisa digunakan. Untuk diolah lagi menjadi camilan ataupun untuk pakan ternak. ia biasa jual dengan harga Rp.5000 per kantongnya.

“Ini beli tahu sama ampasnya buat bikin kampong, amprut untuk dijual” ungkap salah satu pembeli.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masa PSBB DKI Jakarta Diperpanjang 14 sampai Hari Kedepan

konferensi pers gubernur DKI Anies Baswedan tentang perkembangan PSBB Transisi / 1 Juli 2020 | credit : CNBC Indonesia Tegal - Pemerintah p...